Bajingan aku semakin tidak paham dengan kehidupanku,
aku semakin kacau, bimbang untuk berdiri lagi karena aku tahu akan jatuh lagi.
Aku bosan jika harus jatuh bangun dan berlari menjemput asa yang tergambar
suram di kepala.
Jika
aku jujur ini adalah karena kebodohanku dalam memandang hidup. Aku begitu
serius memandang masa depan. Dengan sorot mata kucing yang siap menerkam. Tapi
kadang aku acuh ketika sedang terjatuh. Aku bosan jika harus jatuh bangun dan
berlari menjemput asa. Santai sajalah semua pasti berlalu. Karena jarum itu
masih belum terpincangkan oleh takdir.
Kata
santai memang kadang muncul. Tapi selalu terselip kata serius. Bayangkan ketika
aku berada dalam dua istilah yang membingungkan itu. Aku muak. Aku stress. Aku
tak punya semangat hidup. Jika memang aku akan mati. Aku ingin lebih cepat
mendapat kematian. Hati ini semakin kacau. Tak seperti dulu yang masih sedikit
bersinar. Sekarang gelap.
Aku
tehu setelah ini mubngkun aku bangkit lagi dan akan terjatuh lagi. Pasti. Itu
yang membuat aku semakin bosan menghembus nafas.
Pernah
aku bayangkan jika seorang kekasih akan membutku tegar melawan tantangan.
Benar. Kekasihku jauh. Dan aku tak ingin mengecewakannya. Aku ingin jadi sosok
yang setia. Bukan seorang pecundang, aku yakin aku sangat bisa jika harus
mencari kekasih yang dekat dan bisa melampiaskan nafsuku. Tapii ini malah
membuat aku semakin sakit. Sakit. Sakit.
Jadi,
benar bahwa hidup adalah perjuangan. Kadang kalah dan kadang menang. Sebenarnya
aku sudah tahu prinsip itu sejak TK. Tapi aku belum tahu apakah benar jika
orang yang kalah akan selalu bangkit dan berusaha untuk menang. Atau malah dia
di perbudak dengan kekalahannya.ah ……., membingungkan.