Sunday, September 7, 2014


#2 Muslimah Cantik HD Wallpaper

Muslimah Cantik

Keterangan Gambar Muslimah Cantik

#2 Muslimah Cantik HD Wallpaper Inilah gambar muslimah cantik. Koleksi gambar muslimah cantik. Muslimah cantik trendy. Muslimah berjilbab. Muslimah cantik sekali. Foto muslimah cantik. Gaya muslimah. Busana muslimah cantik. Hijam muslimah cantik. Foto-foto muslimah cantik banyak sekali. koleksi gambar muslimah. muslimah cantik banget. hijab muslimah

Muslimah Cantik Wallpaper Collection

#2 Muslimah Cantik Wallpaper#4 Muslimah Cantik HD Wallpaper#15 Muslimah Cantik HD Wallpaper

Thursday, May 15, 2014

PERADABAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDIQ





A.    KATAPENGANTAR

         Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini tim penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

B.     PENDAHULUAN
Rasulullah saw wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya ( kekhalifahan ) . Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kekhalifahannya karena rasulullah saw meridhainya dalam soal – soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu , mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifahan.
            Memang Rasulullah wafat mengejutkan kaum muslimin tetapi sesungguhnya dalam sakitnya yang terakhir ketika beliau mengalami gangguan kesehatan sekurang-kurangnya tiga bulan, Nabi Muhammad telah merasakan bahwa ajalnya akan segera tiba.
            Masalah sukesi mengkibatkan suasana politik umat islam menjadi sangat tegang. Padahal semasa hidupnya, Nabi bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh diantara sesama pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar.Ada tiga golongan yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini: yakni Anshar, Muhajirin dan keluarga hasyim yang kemudian mengadakan pertemuan di balai Pertemuan Bani Saidah di Madinah, Kaum Anshar mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, pemuka Khazraj sebagai pemimpin umat. Sedangkan Muhajirin mendesak Abu Bakar  dan dari kelompok keluarga hasyim menghendaki Ali bin Abi Thalib.
            Masing-masing golongan merasa paling berhak mengganti Nabi. Namun berkat tindakan tegas dari tiga orang , yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bi Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta ( coup d’etat ) terhadap kelompok, memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi Nabi. Dengan semangat Ukhuwah Islamiyah terpilihlah Abu Bakar. Ia adalah orang Quraisy yang merupakan pilihan ideal, karena sejak pertama menjadi pendamping Nabi Ia sahabat yang paling memahami risalah Muhammad, bahkan Ia merupakan kelompok as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Syidiq.
            Abu Bakar bergelar “ Khafilah Rasulillah” atau khalifah. Meskipun dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa kedudukan Nabi sesungguhnya tidak akan pernah tergantikan, karena tidak ada seorangpun yang menerima ajaran Tuhan sesudah Nabi Muhammad. Sebagai penyampai wahyu yang diturunkan dan sebagai utusan Tuhan yang tidak dapat diambil alih seseorang. Menggantikan rasul ( Khalifah ) hanyalah perjuangan nabi¹.

C.     BIOGRAFI ABU BAKAR ASH SHIDDIQ
            Abu Bakar Ash-Shiddiq ( nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Mas’ud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraisy. Berarti silsilahnya dengan nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab ). Dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan disuku yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Utsman ( Abu Quhafah )berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah.²
            Dizaman pra Islam Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama. Dijuluki Abu Bakjar karena dari pagi-pagi betul ( orang yang paling awal ) memeluk islam.Gelar Ash-Shidiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan nabi dlam berbagai peristiwa, terutama isra’ mi’raj¹.

D.    ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ ( 11-13 H / 632 – 634 M )
Abu Bakar merupakan Khalifah pertama di dunia islam yang menggantikan Nabi dalam urusan duniawi atau sebagai pemimpin umat islam pada masa itu.Abu Bakar merupakan orang pertama masuk islam ketika islam mulai didakwahkan, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad saw, dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Ia tidak segan menumpahkan segenap jiwa dan harta untuk islam.Tercatat dalam sejarah, Dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy, menemani Rasul hijrah, membantu kaum yang lemah dan memerdekakanya, seperti Bilal² .

E.     PERAN DAN FUNGSI

Abu Bakar masuk Islam pada[1] hari-hari pertama Islam didakwahkan. Tidak sulit baginya meyakini ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, karena sejak usia muda ia sudah kenal betul akan keagungan[2] Nabi Muhammad SAW. Setelah masuk Islam, ia menumpahkan seluruh perhatiannya untuk pengembangan Islam.Sebagai orang yang disegani di kalangan bangsawan Arab, keislaman Abu Bakar membuat banyak orang tertarik masuk Islam, seperti Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Aufdan Zubair bin Awwam.
Pengorbanan dan jasanya ketika di Makkah di samping harta benda ia selalu berusaha mendampingi dan melindungi Nabi Muhammad SAW ketika banyak orang kafir yang mengejeknya, bahkan ia adalah yang mendampingi Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah ke Madinah( 5 )
Sepak terrjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi Khalifah. Secara lengkap pidatonya sebagai berikut. :
“Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan.padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu.Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang-orang yang lemah di antara kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang yang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan Jihad.Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan Jihad maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak menaati Allah dan rasulnya, sekali-kali jangan kamu menaatiku. Dirikanlah Shalat, semoga Allah merahmati kamu”.²
Ucapan pertama kali dibai’at, ini menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Didalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat,mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari taqwa. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya. Diantara kebijaksanaanya adalah sebagai berikut :
a.       Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahanya diuji dengan ancaman yang datang dari umat islam itu sendiri yang menentang kepemimpinanya. Diantara perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang – orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontaklan dari beberapa kabilah
b.      Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijakan                     
1)       Bidang Eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maipun di daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan.
2)      Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Diantara panglima yang ada adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, Zaid binSufyan.


3)      Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permaslahanyang berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat pada waktu itu dikenal “alim.
4)      Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat darii zakat, infaq, sedekah, ghanimah, dan lain-lain.Penggunaan harta tersebut adalah untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada².

F.      PENYEBARAN ISLAM PADA MASA ABU BAKAR
Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan ( terutama memerangi orang murtad ) Khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan persia dan romawi yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi islam. Untuk menghadapi persia Abu Bakar mengirim tentara islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting irak dari kekuasaan persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih emat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan diempat front yaitu Amr bin Al-Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan syurahbil bin hasanah di front Yordania
Keputusan – keputusan yang dibuat oleh Khalifah Abu Bakar untuk membentuk pasukan tersebut, dari segi tata negara menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara islam. Hal seperti ini juga berlaku pada zaman modern, yaitu seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Dengan kata lain bahwa Abu Bakar berhasil memobilisasi segala kekuatan yang ada untuk menciptakan pertahanan dan keamanan negara madinah,menggalang umat islam,menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang masih berserakan menjadi satu mushaf. Keberhasilan ini tentunya karena adanya kedisiplinan, kepercayaan dan ketaatan yang tinggi dari rakyat terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinanya²

G.    FAKTOR KEBERHASILAN KHALIFAH ABU BAKAR
Faktor keberhasilan yang lain adalah dalam membangun pranata sosial dibidang politik dan pertahanan keamanan.Keberhasilan tersebut tidak lepas dari keterbukaanya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat khususnya dan umat islam pada umumnya berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Adapun tugas-tugas eksekutif ia delegasikan kepada para sahabat, baik untuk melaksanakan tugas-tugas kepemerintahan di Madinah maupun di daerah dengan mengangkat Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai Katib ( sekretaris ) dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan untuk mengurus Baitul Mal².

H.    PERADABAN PADA MASA ABU BAKAR
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan suatu kerja besar yang  dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Pada mulanya Abu Bakar menolak pembukuan yang di usulkan oleh Umar bin Khattab  dan berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar tetap membujuknya, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut, kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Sabit, untuk membukukan Al Qur’an. Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar. Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-Qur'an itu. Zaid bin Sabit melalui tugasnya yang berat ini dengan bersadar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran (kumpulan) itu disimpan ditangan Abu Bakar.Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma,kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin. memandangkan wibawanya dalam ilmu tentang al-Quran, Zaid bin Tsabit merupakan amanah dan merupakan sahabat yang terakhir mengkhatamkan al-Quran di hadapan Rasululah SAW Melalui usaha tersebut maka terkumpullah al-Quran yang pertama dalam bentuk lembaran suhuf³.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an pada perang yamamah pada tahun 11 H². Umarlah yang pertama kali mengusulkan Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kali Al-Qur’an dihimpun. Dalam peperangan tersebut ramai tentera Islam yang merupakan penghafaz al-Quran telah syahid. Mengikut catatan sejarah, seramai 70 orang qurra’ (ahli penghafaz al-quran) telah gugur syahid. Peristiwa ini telah mendorong Saidina Umar al-Khattab memberi cadangan kepada Khalifah Abu Bakar supaya dilakukan usaha pengumpulan al-Quran kerana dibimbangi al-Quran akan terhapus dengan sebab ramainya para penghafaz yang gugur syahid³
Selain itu peradaban islam yang terjadi para pemerintahan Abu Bakar sebagai berikut :
1)      Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat.Untuk kemaslahatan rakyat ini, Ia mengelola zakat, infaq dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin sebagai sumber pendapatan Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan tentara , gaji para pegawai negara dan kemaslahatan umat,sedangkan dari Abu Bakar sendiri tidak mengambil dari hasil tersebut karena menurutnya ia tidak berhak, oleh karena itu ia tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sendiri.
2)      Suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikanya.faktor utamanya adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat islam ke jurang perpecahan, bila tidak menunjuk seseorang yang akan menggantikanya.Artinya dari segi poloitik dan keamanan, Abu Bakar menghendaki adanya stabilitas politik dan keamanan. Bila pergantian pimpinan pada saatnya tiba.Mengapa pilihan jatuh kepada Umar?karena menurut pendapatnya , Umar adalah sahabat senior yang mampu dan bijaksanan memimpin negara.Namun dalam pemilihan itu, ia tidak meninggalkan musyawarah dengan beberapa orang sahabat senior antara lain Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Ashid bin Hadhir, tokoh Ansor.Setelah itu Abu Bakar dihadapan kaum muslimin menyampaikan “ Saya mengangkat Umar bin Khattab menjadi pemimpin kamu,maka dengarkanlah dan taatlah kepadanya” kaum muslimin menjawab “ Kami dengar dan taat.” Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan dari kaum musliminatas pilihanya, ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan pengangkatan Umar. Isi pengangkatan itu adalah sebagai berikut : “ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Ini adalah perjanjian yang dibuat Abu Bakar bin Abi Quhafah kepada kaum muslimin. Sesungguhnya aku menunjuk Umar bin Khattab menjadi pimpinan kamu, aku tidak menyia-nyiakan kebaikan atas kamu.”Kemudian ia memanggil Umar dan membekalinya nasihat-nasihat, lalu mengangkat kedua tangan Umar seraya berdoa untuk keselamatannya dan kejayaan Islam serta pemeluknya.Dan kemudian Umar bin Khattab di bai’at dihadapan kaum muslimin.
Akhirnya beberapa hari setelah pemilihan itu tatkala Abu Bakar merasa kematiannya telah dekat dan sakitnya parah, kemudian sampai kepada kematiannya pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H / 634 M².

I.       KESIMPULAN
Rasulullah saw wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan kepemimpinannya ( kekhalifahan ) . Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kekhalifahannya karena rasulullah saw meridhainya dalam soal – soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu , mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifahan.
Setelah kaum muslimin bermusyaarah dengan melihat erbagai pertimbangan gejolak yang terjadi dikalangan kaum muslimin, maka Abu Bakar yang dipilih sebagai Khalifah pertama pengganti perjuangan Nabi Muhammad saw.
Dengan terpilihnya Abu Bakar Ash-Shidiq telah banyak perjuangan-perjuanagn Abu bakar dalam membina Islam dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pada masa itu. Diantaranya adalah dalam hal urusan agama, kenegaraan ( baik dari bidang eksekutif, pertahanan dan keamanan,yudikatif, dan sosial ekonomi ),penyebaran Islam, peradaban dalam penyusunan atau pembukuan Al-Qur’an.
Dalam penunjukkan Khalifah ke dua pun yaitu Utman bin Affan,Abu Bakar melakukan hal-hal sebagai berikut :
1)      Tidak meninggalkan musyawarah dan melakukan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat muslim
2)      Tidak menunjuk putranya atau kerabatnya dalam pemilihan penggantinya kelak melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat dan mempunyai sifat terpuji
3)      Pengukuhan pengangkatan Umar berjalan dengan baik.




Wednesday, May 14, 2014

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM



BAB I. PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.
Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila istilah baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?
2.      Apa Prinsip-prinsip dan hakikat anak menurut teori Konstruktivistik?
3.      Bagaimanakah mengimplementasikan Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan Islam?

C.    Tujuan
1.      Memahami Pengertian dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?
2.      Mengetahui apa Prinsip-prinsip dan hakikat anak menurut teori Konstruktivistik?
3.      Dapat mengimpementasikan Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan Islam?







BAB II.
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4.  Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.   Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6.   Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
dalam konstruktivisme ada dua prinsip asas yang mempengaruhi corak pelaksanaan pendidikan (Effendi, 2007: 100):
1.      Pengetahuan bukannya diterima secara pasif, tetapi dibina secara aktifoleh pihak yang belajar.
2.      Fungsi kognitif adalah untuk menyesuaikan dan memberi khikmad mengorganissasi dunia pengalaman bukannya melalui reality ontology.
Menurut Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dari pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

B.     Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a.       memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
b.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d.      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
e.       Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5). ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi, juga dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.

C.    Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme

 Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
1.   Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2.   Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3.   Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4.   Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
5.   Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6.   Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7.   Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8.   Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9.   Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10.  Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11.  Menekankan bagaimana siswa belajar
12.  Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
13.  Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14.  Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15.  Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16.  Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

\
D.    Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Dalam setiap metode pembelajaran apapun kita tidak dapat dijumpai teori-teori yang sempurna untuk diterapkan dan di implementasikan. Begitu juga teori yang dibahas saat ini, berikut beberapa kelebihan dan kekurngan teori konstruktivisme.
Kelebihan Teori Konstruktivisme :
1)      Berfikir alam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2)      Faham : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3)      Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4)      Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5)      Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kelemahan Teori Konstruktivisme :
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini bisa kita lihat dalam proses pembelajaran dimana peran guru sebagai pendidik kurang begitu mendukung.

E.     Implikasi Teori Konstruktivisme di Kelas
      Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di kelas.
1.      Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Berpikir mandiri berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
2.      Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3.      Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya
4.      Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas
5.       Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6.      Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

F.     Penerapan pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan islam
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organism yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Pembelajaran konstruktivisme yang sifatnya membangun peserta didik berangkat dari tidak mengetahui menjadi mengerti atas hal yang belum di pahami, pada hakikatnya sama dengan mengkonstruk suatu hal yang belum bernmanfaat menjadi berguna dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas pada implikasi teori konstruktivisme dikelas, sedikit berbeda pada penerapan pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan islam. penerapan pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan islam selain memotivasi peserta didik  juga dengan menggunakan teknik- teknik pendidikan dalam Islam, menurut Muhammad Quthb, 2010: 325) yaitu:
1.      Memberikan pendidikan melalui teladan
Adalah suatu teknik pendidikan yang efektif bila disampaikan kepada pesertadidik yaitu dengan memberikan contoh – contoh yang baik melalui cerita. Misalnya diambilkan dalan Alquran kisah Nabi Yusuf, Kisah Qorun dsb.
2.      Pendidikan melalui nasehat
Dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar.pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan karna itu kata-kata harus diulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalan kedalam jiwa secara langsung melalui perasaan.
3.      Pendidikan melalui hukuman
Pendidikanyang halus, lembut dan menyentuh perasaaan seringkali berhasil dalam  mendidik anak-anak, tetapi pendidikan yang terlampau halus dan menyentuh perasaan akan sangat berpengaruh jelek karena membuat jiwa tidak setabil. Setidaknya Bila teladan tidak mampu dan begitu juga  dengan nasihat, maka perlu diadakan hukuman[1] sebagai bentuk tanggung jawab pribadi seseorang.
4.      Pendidikan melalui cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan, salah satu mengatasi kejenuhan peserta didik yaitu dengan bercerita.
5.      Pendidikan melalui kebiasaan
Islam mempergunakan kebiasaan sebagai salah satut teknik pendidikan. Dengan mengubah  sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, jiwa dapat melakukan kebiasaan itu dengan mudah dan tanpa kehilangan banyak tenagadan tanpa menemukan kesulitan banyak.
6.      Pendidikan melalui pengisian kekosongan
Kekosongan merusak jiwa seperti halnya kekuatan terpendamyang tak tersalurkan.kerusakan yang timbul karena kekosongan adalah habisnya kekuatan potensial.
7.      Pendidikan melalui peristiwa
0hidup ini pejuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman yang berbagi peristiwa, baik yang timbul karena tindakannya sendiri maupun sebab-sebab diluar kemauannya. Guru yang bik tidak akan begitu saja membiarkan peristiwa belalu begitu saja tanpa mengambil dan menjadikannya pengalaman yang berharga.

BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara atau fasilitator.
Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan peserta didik mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hipotesis-hipotesis dan idea-idea baru.
Metode pendidikan Islam merupakan metode yang khas tersendiri baik dari segi alat maupun dari segi tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik perhatian, serta membangkitkan minat untuk meneliti sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah.


[1] Pendidikan dengan hukuman harus dibarengid an disempurnakan dengan pendidikan berbentuk ajaran-ajaran seperti teladan dan nasehat.