Folder 123
Sunday, September 7, 2014
Thursday, May 15, 2014
PERADABAN ISLAM PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDIQ
A.
KATAPENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,Tim penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini tim penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
B. PENDAHULUAN
Rasulullah
saw wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan
kepemimpinannya ( kekhalifahan ) . Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar
lebih berhak atas kekhalifahannya karena rasulullah saw meridhainya dalam soal
– soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaah selama
beliau sakit. Oleh karena itu , mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin
urusan keduniaan, yakni kekhalifahan.
Memang Rasulullah wafat mengejutkan
kaum muslimin tetapi sesungguhnya dalam sakitnya yang terakhir ketika beliau
mengalami gangguan kesehatan sekurang-kurangnya tiga bulan, Nabi Muhammad telah
merasakan bahwa ajalnya akan segera tiba.
Masalah sukesi mengkibatkan suasana
politik umat islam menjadi sangat tegang. Padahal semasa hidupnya, Nabi
bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh diantara
sesama pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar.Ada tiga golongan
yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini: yakni Anshar, Muhajirin
dan keluarga hasyim yang kemudian mengadakan pertemuan di balai Pertemuan Bani
Saidah di Madinah, Kaum Anshar mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, pemuka Khazraj
sebagai pemimpin umat. Sedangkan Muhajirin mendesak Abu Bakar dan dari kelompok keluarga hasyim menghendaki
Ali bin Abi Thalib.
Masing-masing golongan merasa paling
berhak mengganti Nabi. Namun berkat tindakan tegas dari tiga orang , yaitu Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bi Jarrah yang dengan melakukan
semacam kudeta ( coup d’etat ) terhadap kelompok, memaksa Abu Bakar sendiri
sebagai deputi Nabi. Dengan semangat Ukhuwah Islamiyah terpilihlah Abu Bakar.
Ia adalah orang Quraisy yang merupakan pilihan ideal, karena sejak pertama
menjadi pendamping Nabi Ia sahabat yang paling memahami risalah Muhammad,
bahkan Ia merupakan kelompok as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu
Bakar Ash-Syidiq.
Abu Bakar bergelar “ Khafilah
Rasulillah” atau khalifah. Meskipun dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa
kedudukan Nabi sesungguhnya tidak akan pernah tergantikan, karena tidak ada seorangpun
yang menerima ajaran Tuhan sesudah Nabi Muhammad. Sebagai penyampai wahyu yang
diturunkan dan sebagai utusan Tuhan yang tidak dapat diambil alih seseorang.
Menggantikan rasul ( Khalifah ) hanyalah perjuangan nabi¹.
C. BIOGRAFI ABU
BAKAR ASH SHIDDIQ
Abu Bakar Ash-Shiddiq ( nama
lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Mas’ud bin
Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraisy.
Berarti silsilahnya dengan nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab ). Dilahirkan
pada tahun 573 M. Dia dilahirkan disuku yang sangat berpengaruh dan suku yang
banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Utsman ( Abu Quhafah
)berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti
Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah.²
Dizaman pra Islam Abu Bakar bernama
Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama. Dijuluki Abu Bakjar karena dari pagi-pagi betul (
orang yang paling awal ) memeluk islam.Gelar Ash-Shidiq diperolehnya karena ia
dengan segera membenarkan nabi dlam berbagai peristiwa, terutama isra’ mi’raj¹.
D.
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ ( 11-13 H /
632 – 634 M )
Abu Bakar
merupakan Khalifah pertama di dunia islam yang menggantikan Nabi dalam urusan
duniawi atau sebagai pemimpin umat islam pada masa itu.Abu Bakar merupakan
orang pertama masuk islam ketika islam mulai didakwahkan, tidaklah sulit untuk
mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad saw, dikarenakan sejak kecil, ia
telah mengenal keagungan Muhammad. Ia tidak segan menumpahkan segenap jiwa dan
harta untuk islam.Tercatat dalam sejarah, Dia pernah membela Nabi tatkala Nabi
disakiti oleh suku Quraisy, menemani Rasul hijrah, membantu kaum yang lemah dan
memerdekakanya, seperti Bilal² .
E.
PERAN DAN FUNGSI
Abu Bakar
masuk Islam pada[1]
hari-hari pertama Islam didakwahkan. Tidak sulit baginya meyakini ajaran-ajaran
yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, karena sejak usia muda ia sudah kenal betul
akan keagungan[2] Nabi Muhammad
SAW. Setelah masuk Islam, ia menumpahkan seluruh perhatiannya untuk
pengembangan Islam.Sebagai orang yang disegani di kalangan bangsawan Arab,
keislaman Abu Bakar membuat banyak orang tertarik masuk Islam, seperti Usman
bin Affan, Abdur Rahman bin Aufdan Zubair bin Awwam.
Pengorbanan dan jasanya ketika di Makkah di samping
harta benda ia selalu berusaha mendampingi dan melindungi Nabi Muhammad SAW
ketika banyak orang kafir yang mengejeknya, bahkan ia adalah yang mendampingi
Nabi Muhammad SAW pada saat hijrah ke Madinah( 5 )
Sepak
terrjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar
ketika ia diangkat menjadi Khalifah. Secara lengkap pidatonya sebagai berikut.
:
“Wahai
manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan.padahal aku
bukan orang yang terbaik diantara kamu.Apabila aku melaksanakan tugasku dengan
baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran
adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang-orang
yang lemah di antara kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi
hak-haknya, dan orang yang kuat di antara kamu adalah lemah bagiku hingga aku
mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kamu meninggalkan
Jihad.Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan Jihad maka Allah akan
menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak menaati Allah dan rasulnya, sekali-kali
jangan kamu menaatiku. Dirikanlah Shalat, semoga Allah merahmati kamu”.²
Ucapan
pertama kali dibai’at, ini menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan
Abu Bakar dalam pemerintahan. Didalamnya terdapat prinsip kebebasan
berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat,mewujudkan keadilan, dan mendorong
masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari taqwa. Secara umum dapat
dikatakan bahwa pemerintahan Abu Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya.
Diantara kebijaksanaanya adalah sebagai berikut :
a.
Kebijaksanaan pengurusan terhadap
agama
Pada awal pemerintahanya diuji dengan ancaman yang
datang dari umat islam itu sendiri yang menentang kepemimpinanya. Diantara
perbuatan makar tersebut ialah timbulnya orang – orang yang murtad, orang-orang
yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontaklan
dari beberapa kabilah
b.
Kebijaksanaan Kenegaraan
Diantara kebijakan
1)
Bidang Eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di
Madinah maipun di daerah. Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin
Abi Thalib, usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu
Ubaidah sebagai bendaharawan.
2)
Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada
untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu
disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Diantara
panglima yang ada adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash,
Zaid binSufyan.
3)
Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab
dan selama masa pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permaslahanyang
berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan
masyarakat pada waktu itu dikenal “alim.
4)
Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola
harta benda yang didapat darii zakat, infaq, sedekah, ghanimah, dan
lain-lain.Penggunaan harta tersebut adalah untuk gaji pegawai negara dan untuk
kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada².
F. PENYEBARAN
ISLAM PADA MASA ABU BAKAR
Setelah
pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan ( terutama memerangi orang murtad )
Khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan persia dan romawi yang setiap saat
berkeinginan menghancurkan eksistensi islam. Untuk menghadapi persia Abu Bakar
mengirim tentara islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin
Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting irak dari kekuasaan
persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih emat panglima Islam
terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan diempat front yaitu Amr bin Al-Ash
di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di
front Hims, dan syurahbil bin hasanah di front Yordania
Keputusan –
keputusan yang dibuat oleh Khalifah Abu Bakar untuk membentuk pasukan tersebut,
dari segi tata negara menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima
tertinggi tentara islam. Hal seperti ini juga berlaku pada zaman modern, yaitu
seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai panglima tertinggi
angkatan bersenjata.
Dengan kata
lain bahwa Abu Bakar berhasil memobilisasi segala kekuatan yang ada untuk
menciptakan pertahanan dan keamanan negara madinah,menggalang umat
islam,menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang masih berserakan menjadi satu mushaf.
Keberhasilan ini tentunya karena adanya kedisiplinan, kepercayaan dan ketaatan
yang tinggi dari rakyat terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinanya²
G. FAKTOR
KEBERHASILAN KHALIFAH ABU BAKAR
Faktor
keberhasilan yang lain adalah dalam membangun pranata sosial dibidang politik
dan pertahanan keamanan.Keberhasilan tersebut tidak lepas dari keterbukaanya,
yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk
membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum
musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat
khususnya dan umat islam pada umumnya berpartisipasi aktif untuk melaksanakan
berbagai keputusan yang dibuat.
Adapun
tugas-tugas eksekutif ia delegasikan kepada para sahabat, baik untuk
melaksanakan tugas-tugas kepemerintahan di Madinah maupun di daerah dengan mengangkat
Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai Katib (
sekretaris ) dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan untuk mengurus Baitul Mal².
H. PERADABAN
PADA MASA ABU BAKAR
Bentuk
peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan suatu kerja besar
yang dilakukan pada masa pemerintahan
Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an.
Pada
mulanya Abu Bakar menolak pembukuan yang di usulkan oleh
Umar bin Khattab dan berkeberatan
melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar tetap
membujuknya, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan
Umar tersebut, kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Sabit, untuk
membukukan Al Qur’an. Abu Bakar menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan
Umar. Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya
lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada
perintah penulisan Al-Qur'an itu. Zaid bin Sabit melalui tugasnya yang berat
ini dengan bersadar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan catatan
yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran (kumpulan) itu disimpan
ditangan Abu Bakar.Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan
kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma,kulit
binatang, dan dari hafalan kaum muslimin. memandangkan wibawanya dalam ilmu
tentang al-Quran, Zaid bin Tsabit merupakan amanah dan merupakan sahabat yang
terakhir mengkhatamkan al-Quran di hadapan Rasululah SAW Melalui usaha tersebut
maka terkumpullah al-Quran yang pertama dalam bentuk lembaran suhuf³.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an pada perang yamamah pada tahun 11 H². Umarlah yang pertama kali mengusulkan Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kali Al-Qur’an dihimpun. Dalam peperangan tersebut ramai tentera Islam yang merupakan penghafaz al-Quran telah syahid. Mengikut catatan sejarah, seramai 70 orang qurra’ (ahli penghafaz al-quran) telah gugur syahid. Peristiwa ini telah mendorong Saidina Umar al-Khattab memberi cadangan kepada Khalifah Abu Bakar supaya dilakukan usaha pengumpulan al-Quran kerana dibimbangi al-Quran akan terhapus dengan sebab ramainya para penghafaz yang gugur syahid³
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur’an pada perang yamamah pada tahun 11 H². Umarlah yang pertama kali mengusulkan Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kali Al-Qur’an dihimpun. Dalam peperangan tersebut ramai tentera Islam yang merupakan penghafaz al-Quran telah syahid. Mengikut catatan sejarah, seramai 70 orang qurra’ (ahli penghafaz al-quran) telah gugur syahid. Peristiwa ini telah mendorong Saidina Umar al-Khattab memberi cadangan kepada Khalifah Abu Bakar supaya dilakukan usaha pengumpulan al-Quran kerana dibimbangi al-Quran akan terhapus dengan sebab ramainya para penghafaz yang gugur syahid³
Selain itu peradaban
islam yang terjadi para pemerintahan Abu Bakar sebagai berikut :
1)
Dalam bidang pranata sosial ekonomi
adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat.Untuk kemaslahatan
rakyat ini, Ia mengelola zakat, infaq dan sedekah yang berasal dari kaum
muslimin sebagai sumber pendapatan Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan
tentara , gaji para pegawai negara dan kemaslahatan umat,sedangkan dari Abu Bakar
sendiri tidak mengambil dari hasil tersebut karena menurutnya ia tidak berhak,
oleh karena itu ia tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
sendiri.
2)
Suksesi kepemimpinan atas
inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk
menggantikanya.faktor utamanya adalah kekhawatiran akan terulang kembali
peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Saidah yang nyaris menyulut
umat islam ke jurang perpecahan, bila tidak menunjuk seseorang yang akan
menggantikanya.Artinya dari segi poloitik dan keamanan, Abu Bakar menghendaki
adanya stabilitas politik dan keamanan. Bila pergantian pimpinan pada saatnya
tiba.Mengapa pilihan jatuh kepada Umar?karena menurut pendapatnya , Umar adalah
sahabat senior yang mampu dan bijaksanan memimpin negara.Namun dalam pemilihan
itu, ia tidak meninggalkan musyawarah dengan beberapa orang sahabat senior
antara lain Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Ashid bin Hadhir, tokoh
Ansor.Setelah itu Abu Bakar dihadapan kaum muslimin menyampaikan “ Saya mengangkat Umar bin Khattab menjadi
pemimpin kamu,maka dengarkanlah dan taatlah kepadanya” kaum muslimin
menjawab “ Kami dengar dan taat.”
Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan dari kaum musliminatas pilihanya, ia
memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan pengangkatan Umar. Isi pengangkatan
itu adalah sebagai berikut : “ Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Ini adalah perjanjian yang
dibuat Abu Bakar bin Abi Quhafah kepada kaum muslimin. Sesungguhnya aku
menunjuk Umar bin Khattab menjadi pimpinan kamu, aku tidak menyia-nyiakan
kebaikan atas kamu.”Kemudian ia memanggil Umar dan membekalinya
nasihat-nasihat, lalu mengangkat kedua tangan Umar seraya berdoa untuk
keselamatannya dan kejayaan Islam serta pemeluknya.Dan kemudian Umar bin
Khattab di bai’at dihadapan kaum muslimin.
Akhirnya beberapa hari setelah pemilihan itu tatkala
Abu Bakar merasa kematiannya telah dekat dan sakitnya parah, kemudian sampai
kepada kematiannya pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H / 634 M².
I.
KESIMPULAN
Rasulullah
saw wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan
kepemimpinannya ( kekhalifahan ) . Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar
lebih berhak atas kekhalifahannya karena rasulullah saw meridhainya dalam soal
– soal agama, salah satunya dengan memintanya mengimami shalat berjamaah selama
beliau sakit. Oleh karena itu , mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin
urusan keduniaan, yakni kekhalifahan.
Setelah
kaum muslimin bermusyaarah dengan melihat erbagai pertimbangan gejolak yang
terjadi dikalangan kaum muslimin, maka Abu Bakar yang dipilih sebagai Khalifah
pertama pengganti perjuangan Nabi Muhammad saw.
Dengan
terpilihnya Abu Bakar Ash-Shidiq telah banyak perjuangan-perjuanagn Abu bakar
dalam membina Islam dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pada masa itu.
Diantaranya adalah dalam hal urusan agama, kenegaraan ( baik dari bidang
eksekutif, pertahanan dan keamanan,yudikatif, dan sosial ekonomi ),penyebaran
Islam, peradaban dalam penyusunan atau pembukuan Al-Qur’an.
Dalam
penunjukkan Khalifah ke dua pun yaitu Utman bin Affan,Abu Bakar melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1) Tidak
meninggalkan musyawarah dan melakukan konsultasi untuk mengetahui aspirasi
rakyat muslim
2) Tidak
menunjuk putranya atau kerabatnya dalam pemilihan penggantinya kelak melainkan
memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat dan
mempunyai sifat terpuji
3) Pengukuhan
pengangkatan Umar berjalan dengan baik.
Wednesday, May 14, 2014
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Belajar adalah
sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak
untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah
perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa
manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri
individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa
berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan
lingkungan tersebut.
Berpijak dari
pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Konstruktivisime merupakan
proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam minda
manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah
pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi
tidak begitu ketara dan tidak ditekankan.Menurut paham dari aliran
konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru
kepada siswa/anak didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi
binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks
Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak
boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher
centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu
suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi
proses renungan dan pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid
tidak akan menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam
lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina
sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran
mereka.
Untuk membantu
murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus mengambil kira struktur
kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila istilah baru telah disesuaikan dan
diserap untuk dijadikan sebagian dari pegangan kuat mereka, barulah kerangka
baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang
biasa dinamakan dengan konstruktivisme.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian dan Ruang Lingkup Teori
Konstruktivisme?
2. Apa Prinsip-prinsip dan hakikat anak menurut
teori Konstruktivistik?
3. Bagaimanakah mengimplementasikan Teori
Konstruktivisme dalam Pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Memahami Pengertian dan Ruang Lingkup
Teori Konstruktivisme?
2. Mengetahui apa Prinsip-prinsip dan
hakikat anak menurut teori Konstruktivistik?
3. Dapat mengimpementasikan Teori
Konstruktivisme dalam Pendidikan Islam?
BAB II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan
konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan
pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya
membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh
pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah
seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan
informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan
faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang
pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan
pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan
perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat
pelajar.
dalam konstruktivisme ada dua prinsip asas yang
mempengaruhi corak pelaksanaan pendidikan (Effendi, 2007: 100):
1.
Pengetahuan
bukannya diterima secara pasif, tetapi dibina secara aktifoleh pihak yang
belajar.
2.
Fungsi
kognitif adalah untuk menyesuaikan dan memberi khikmad mengorganissasi dunia
pengalaman bukannya melalui reality ontology.
Menurut Wheatley (1991:
12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan
teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh
secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi
kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata
yang dimiliki anak.
Dari pengertian di atas
menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses
pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa
seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada
apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu
materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan
tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4)
siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya.
B.
Hakikat Anak Menurut
Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya,
bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak
diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di
atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Dalam upaya
mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan
beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
a.
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri.
b.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir
tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru.
d.
Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan
yang telah dimiliki siswa. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan
mereka.
e.
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata
sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar
tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5). ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak
berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai
konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut
dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun
kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi
tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi
yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok
dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan
tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif
memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan
kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan
ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif
anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget,
konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998:
7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek
internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya
menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan
Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak
dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan
bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4)
pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi
kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi, dan sumber.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme
dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu
atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi
yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
(3) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.
Dari beberapa pandangan di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar
konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi,
juga dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung
secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor
ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran
yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
1.
Menekankan
pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan
inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan
dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses, bukan menekan pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan
penyelidikan
6. Mengharagai peranan pengalaman kritis
dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu
secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada
kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip
toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif
untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan
analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar
kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia
nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa
dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa
dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
\
D.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Dalam setiap metode pembelajaran apapun kita tidak
dapat dijumpai teori-teori yang sempurna untuk diterapkan dan di
implementasikan. Begitu juga teori yang dibahas saat ini, berikut beberapa
kelebihan dan kekurngan teori konstruktivisme.
Kelebihan Teori Konstruktivisme :
1)
Berfikir alam proses
membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana
idea dan membuat keputusan.
2) Faham : Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan
boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3) Ingat : Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin
Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka
lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4) Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi
apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5) Seronok : Oleh kerana mereka terlibat
secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka
mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
Kelemahan Teori Konstruktivisme :
Dalam
bahasan kekurangan atau kelemahan ini bisa kita lihat dalam proses pembelajaran
dimana peran guru sebagai pendidik kurang begitu mendukung.
E.
Implikasi
Teori Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran
konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di
kelas.
1. Mendorong
kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Berpikir mandiri berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
Berpikir mandiri berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
2. Guru
mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon
Berfikir
reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa
merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan
dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong
siswa berpikir tingkat tinggi
Guru
yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep
melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan
atau pemikirannya
4.
Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau
didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun
pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika
mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang
sangat bermakna akan terjadi di kelas
5.
Siswa
terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika
diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan
konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan
pengalaman nyata
6. Guru memberika
data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa
dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru
membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran
tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
F.
Penerapan
pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan islam
Pembentukan pengetahuan
menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur
kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur
kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif
akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang
diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah
dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organism yang sedang
berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekonstruksi.
Pembelajaran konstruktivisme yang sifatnya membangun peserta didik
berangkat dari tidak mengetahui menjadi mengerti atas hal yang belum di pahami,
pada hakikatnya sama dengan mengkonstruk suatu hal yang belum bernmanfaat
menjadi berguna dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas pada
implikasi teori konstruktivisme dikelas, sedikit berbeda pada penerapan
pembelajaran konstruktivisme dalam pendidikan islam. penerapan pembelajaran
konstruktivisme dalam pendidikan islam selain memotivasi peserta didik juga dengan menggunakan teknik- teknik
pendidikan dalam Islam, menurut Muhammad Quthb, 2010: 325) yaitu:
1. Memberikan pendidikan melalui teladan
Adalah
suatu teknik pendidikan yang efektif bila disampaikan kepada pesertadidik yaitu
dengan memberikan contoh – contoh yang baik melalui cerita. Misalnya diambilkan
dalan Alquran kisah Nabi Yusuf, Kisah Qorun dsb.
2. Pendidikan melalui nasehat
Dalam
jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang
didengar.pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan karna itu kata-kata harus
diulangi. Nasehat yang berpengaruh membuka jalan kedalam jiwa secara langsung
melalui perasaan.
3. Pendidikan melalui hukuman
Pendidikanyang
halus, lembut dan menyentuh perasaaan seringkali berhasil dalam mendidik anak-anak, tetapi pendidikan yang
terlampau halus dan menyentuh perasaan akan sangat berpengaruh jelek karena
membuat jiwa tidak setabil. Setidaknya Bila teladan tidak mampu dan begitu
juga dengan nasihat, maka perlu diadakan
hukuman[1]
sebagai bentuk tanggung jawab pribadi seseorang.
4. Pendidikan melalui cerita
Cerita
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan, salah satu mengatasi kejenuhan
peserta didik yaitu dengan bercerita.
5. Pendidikan melalui kebiasaan
Islam
mempergunakan kebiasaan sebagai salah satut teknik pendidikan. Dengan mengubah sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, jiwa dapat
melakukan kebiasaan itu dengan mudah dan tanpa kehilangan banyak tenagadan
tanpa menemukan kesulitan banyak.
6. Pendidikan melalui pengisian kekosongan
Kekosongan
merusak jiwa seperti halnya kekuatan terpendamyang tak tersalurkan.kerusakan
yang timbul karena kekosongan adalah habisnya kekuatan potensial.
7. Pendidikan melalui peristiwa
0hidup
ini pejuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman yang berbagi peristiwa, baik
yang timbul karena tindakannya sendiri maupun sebab-sebab diluar kemauannya.
Guru yang bik tidak akan begitu saja membiarkan peristiwa belalu begitu saja
tanpa mengambil dan menjadikannya pengalaman yang berharga.
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang
berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih
kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan
sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan.
Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya
tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban
guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai
pemudahcara atau fasilitator.
Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa
pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu
tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada gabungan pembelajaran
terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan peserta
didik mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan
menggunakan hipotesis-hipotesis dan idea-idea baru.
Metode pendidikan Islam merupakan metode yang khas
tersendiri baik dari segi alat maupun dari segi tujuannya, dengan suatu bentuk
yang nyata dan menarik perhatian, serta membangkitkan minat untuk meneliti
sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah.
[1] Pendidikan dengan hukuman harus dibarengid an disempurnakan dengan
pendidikan berbentuk ajaran-ajaran seperti teladan dan nasehat.
Subscribe to:
Posts (Atom)