Saturday, April 26, 2014

Perkembangan Hukum Islam


A. Ta'rifu Syari'ah

Syari'ah islam adalah hokum-hukum yang bersifat umum yang bisa di terapkan dalam perkembangan humkum islam menurut kondisi dan situasi masyarakat dan massa.
Hukum Islam adalah: hokum yang terus hidup sesuai dengan dinamika masyarakat. Dia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang terus menerus.

تنا هى النصوص وعد م تن هى الو قا ئع      
Habisnya nash tidak menghabiskan peristiwa dan kejadian.(kaidah F)

B. Perkembangan hukum Islam

Ada dua golongan dalam Islam yaitu, ashabul hadis (malik ibn anas,) dan ashabul ra'yu.( abu hanifah)

Hal ini berjalan beberapa lama, kemudian datang Asyafi'i yang menyeimbangkan antara keduanya.
Ada enpat madhab yang sampai sekarang masih diikuti oleh umat islam yaitu

v  Madzhab malik: sesuai dengan lingkungannya di madinah, Malik memegang panji-panji madarasatul hadis. Ksrenas madinah mesih bersih dari pengaruh keb. Asing.
v  Abu Hanifah: dia tinggal di Irak. Karena itu Beliau menggunakan ra'yu dalam ijtihad-ijtihadnya.
v  Syafi'i: dia berpendapat " setiap hadis yang mutawatir  wajib diamalkan. Beliau pertam atinggal di Irak kemudian pindah ke Mesir. 
v  Ibn Hambal:

C. Membentuk Kaidah asasiyah

Tugas hokum Islam adalah: menerapkan dasar-dasar Islam atas aneka masalah dan menundukan kehidupan madaniyah kepada jiwa islam dan asas-asasnya.
Dari keempat madzhab tadi memetapkan kaidah-kaidah asasiyah serta menerapkan kaidah-kaidah itu dalah perkembangan masyarakat.

III
ASAS-ASAS FUNDAMENTAL PEMBINAAN HUKUM ISLAM

  1. Asas-asas Hukum

            Kekuatan suatu hokum, hidup dan matinya, dapat di terima dan tidaknya tergantung asas dan tiang-tiang pokoknya.
                       
            Asas- atau dasar pembinaan hokum islam antara lain seperti yang dikatakan  da'aimut tasyri' ( Tiang0tiang pokok pembinaan hokum islam):
a.       Nafyul Haraji ( menafikan kepicikan/ kesusahan)
Keadaan ini sangat benar di perhatikan oleh pembuat hokum islam karena segala taklif islam berada dalam batas-batas kemampuan para mukalaf. Dan Allah telah menjadikan hokum rukhshoh.
Mentaklifkan hokum ada kalanya menggugurkan semua hokum seperti hokum sholat bagi wanita yang mens. Adakalanya dengan mengurangi yang diperlukan itu seperti sholat bagi mufasir.
b.      Qilatul Taklif
            Tidak membanykan hokum taklif agar tidak memberatkan mukalaf dan  tidak mnyukarkannya. Sesuai dengan firman Allah:
            " hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menanyakan ( kepada nabimu). Hal-hal yang jika diterangkan kepadamu , niscaya menyusahkan kamu"( al- maidah : 101)
            ayat ini mengharuskan para sahabat untuk menyedikitkan pertanyaan  mengenai masalah-masalah yang belum diterangkan hukumnya, agar masalah itu apabila timbul nanti dapat dihasilkan hukumnya dari kaidah-kaidah umumsesuai dengan perkembangan masyarakat.
            Dari sini kemudian timbul kaidah
" segala hokum adalah boleh bukan haram, mak jangan mengharamkan melainkan ada nas yang mengharamkannya".;
            c. Membina hokum dengan  menempuh jalan tajarud, tahp demi tahap, satu demi satu.
            Islam datang pada masyarakat yang telah mempunyai adapt tertentu. Maka tidak mungkin untuk merubahnya secara langsung, hokum-hukum taklif datang secara beriringan sesuai dengan yang menghendaki dan sesudah berakar hokum-hukum yang ditetapkan barulah ditetapkan suatu hokum.
            Shalat pada mulanya di fardhukan dua rakaat petang dan dua rakaat pagi. Kemudian difardhukan shalat lima waktu.

c.       seiring dengan kemuslihatan manusia ( perkembangan jaman)

            Kiblat pada mulanya menghadap ke baitul maqdil sesudah enam bulan dimansukhkan menghadap ke ka'bah. Dalam keadaan tertentu nasakh bisa dari keadaan ringan ke berat dan sebaliknya namun dalam segala ketentuan itu diperhatikan kemushlihatan dalam keadaan masyarakat.
            Ibnulqayyim berkata" sesungguhnya syari'ah adalah pondasi dan asasnya ialah hikmah dan kemaslahatan hamba.baik dalam kehidupan dunia ataupun akhirat"
            Jika kemushlihatan itu bertentangan antara satu dengan yang lain maka didahulukan maslahat umum atas maslahat khususdan diharuskan kita menolak kemudharatan yang lebih besar dengan mengerjakan kemudharatan yang kecil.
            Menetapkan hukum beradasarkan kemaslahatan dan illat bukanlah membatralkan hukum yang telah ada .hal itu merupakan peniadaan hukum karena tempatnya tidak lagi mengandung illat yang menjadi sebab hukum ditetapkan. Sesua dengan perkataan ulama':"  sesungguhnya hukum berkisar atas illatnya pada adanya dan pada tak adanya.

e. Mewujudkan keadilan yang merata
Manusia dalam hukum islam adalah sama, mereka tidan melebihi karena keturunan , kebangsaan, atau karena harta.
f.  Menyumbat segala jalan yang menyampaikan kepada kejahtan.

Oleh karena itu segala sesuatu yang membawa kita kepada mubah kita anggap mubah, yang membawa kita kepada makruh kita anggap makruh dst.
    Seperti contoh kemubahan seseorang beristri lebih, kebolehan itu hanya berlaku bagi orang yang mampu memenuhi syarat.
g. mendahulukan akal kepada Dhohir Nash.
    Ada dua jalan yang diambil ketika kita berhadapan dengan akal dan nakal yang merlawanan, menurut muhamad Abduh: " pertma: Mengakui keshohihan itu, Kita tidak sanggup memahaminya, dan menyerahkan kepada Allah urusan pemahamannya.. kedua: Kita takwil dengan Undang- undang bahasaagasr sesua meksudnya dengan ketetapan akal.
h. membolehkan kita memprgunakan sesuatu yang indah
    Mkna uruf adalah" seuatu yang telah berkembang dan terkenal dimasyarakat tidak dipandang jijik atau buruk" dan makna mungkar ialah" sesuatu yang tidak disukai dan dianggapo buruk"
    Dalam ayat-ayat mu'amalah maka diserahkan kepada Urf setempat. Karena itu Ulama' tidak layak membatasi Muth'ah thalaq atau nafaqah istri dengan hanya berpegang pada urf Madinah.
i. Kewajiban mengikuti sabda Nabi sebagai syari'at tidak diwajibkan mengikuti sesuatu yang bersifat keduniaan yang berdasarkan ijtihad.