A. Ta'rifu Syari'ah
Syari'ah islam adalah hokum-hukum yang bersifat umum
yang bisa di terapkan dalam perkembangan humkum islam menurut kondisi dan
situasi masyarakat dan massa.
Hukum Islam adalah: hokum yang terus hidup sesuai
dengan dinamika masyarakat. Dia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan
yang terus menerus.
تنا هى النصوص وعد م تن هى الو قا ئع
Habisnya nash tidak menghabiskan peristiwa dan
kejadian.(kaidah F)
B. Perkembangan hukum Islam
Ada dua golongan dalam Islam yaitu, ashabul hadis
(malik ibn anas,) dan ashabul ra'yu.( abu hanifah)
Hal ini berjalan beberapa lama, kemudian datang
Asyafi'i yang menyeimbangkan antara keduanya.
Ada enpat madhab yang sampai sekarang masih diikuti
oleh umat islam yaitu
v Madzhab malik: sesuai dengan lingkungannya di
madinah, Malik memegang panji-panji madarasatul hadis. Ksrenas madinah mesih
bersih dari pengaruh keb. Asing.
v Abu Hanifah: dia tinggal di Irak. Karena itu
Beliau menggunakan ra'yu dalam ijtihad-ijtihadnya.
v Syafi'i: dia berpendapat " setiap hadis
yang mutawatir wajib diamalkan. Beliau
pertam atinggal di Irak kemudian pindah ke Mesir.
v Ibn Hambal:
C. Membentuk Kaidah
asasiyah
Tugas hokum Islam adalah:
menerapkan dasar-dasar Islam atas aneka masalah dan menundukan kehidupan
madaniyah kepada jiwa islam dan asas-asasnya.
Dari keempat madzhab tadi
memetapkan kaidah-kaidah asasiyah serta menerapkan kaidah-kaidah itu dalah
perkembangan masyarakat.
III
ASAS-ASAS FUNDAMENTAL
PEMBINAAN HUKUM ISLAM
- Asas-asas Hukum
Kekuatan suatu hokum, hidup dan matinya, dapat di terima dan
tidaknya tergantung asas dan tiang-tiang pokoknya.
Asas-
atau dasar pembinaan hokum islam antara lain seperti yang dikatakan da'aimut tasyri' ( Tiang0tiang pokok
pembinaan hokum islam):
a.
Nafyul
Haraji ( menafikan kepicikan/ kesusahan)
Keadaan ini sangat benar di
perhatikan oleh pembuat hokum islam karena segala taklif islam berada dalam
batas-batas kemampuan para mukalaf. Dan Allah telah menjadikan hokum rukhshoh.
Mentaklifkan hokum ada
kalanya menggugurkan semua hokum seperti hokum sholat bagi wanita yang mens.
Adakalanya dengan mengurangi yang diperlukan itu seperti sholat bagi mufasir.
b.
Qilatul
Taklif
Tidak
membanykan hokum taklif agar tidak memberatkan mukalaf dan tidak mnyukarkannya. Sesuai dengan firman
Allah:
"
hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menanyakan ( kepada nabimu).
Hal-hal yang jika diterangkan kepadamu , niscaya menyusahkan kamu"( al-
maidah : 101)
ayat
ini mengharuskan para sahabat untuk menyedikitkan pertanyaan mengenai masalah-masalah yang belum
diterangkan hukumnya, agar masalah itu apabila timbul nanti dapat dihasilkan
hukumnya dari kaidah-kaidah umumsesuai dengan perkembangan masyarakat.
Dari
sini kemudian timbul kaidah
" segala hokum adalah boleh bukan haram, mak
jangan mengharamkan melainkan ada nas yang mengharamkannya".;
c. Membina
hokum dengan menempuh jalan tajarud,
tahp demi tahap, satu demi satu.
Islam
datang pada masyarakat yang telah mempunyai adapt tertentu. Maka tidak mungkin
untuk merubahnya secara langsung, hokum-hukum taklif datang secara beriringan
sesuai dengan yang menghendaki dan sesudah berakar hokum-hukum yang ditetapkan
barulah ditetapkan suatu hokum.
Shalat
pada mulanya di fardhukan dua rakaat petang dan dua rakaat pagi. Kemudian
difardhukan shalat lima waktu.
c.
seiring
dengan kemuslihatan manusia ( perkembangan jaman)
Kiblat pada mulanya menghadap ke baitul maqdil sesudah enam bulan
dimansukhkan menghadap ke ka'bah. Dalam keadaan tertentu nasakh bisa dari
keadaan ringan ke berat dan sebaliknya namun dalam segala ketentuan itu
diperhatikan kemushlihatan dalam keadaan masyarakat.
Ibnulqayyim
berkata" sesungguhnya syari'ah adalah pondasi dan asasnya ialah hikmah dan
kemaslahatan hamba.baik dalam kehidupan dunia ataupun akhirat"
Jika
kemushlihatan itu bertentangan antara satu dengan yang lain maka didahulukan
maslahat umum atas maslahat khususdan diharuskan kita menolak kemudharatan yang
lebih besar dengan mengerjakan kemudharatan yang kecil.
Menetapkan
hukum beradasarkan kemaslahatan dan illat bukanlah membatralkan hukum yang
telah ada .hal itu merupakan peniadaan hukum karena tempatnya tidak lagi
mengandung illat yang menjadi sebab hukum ditetapkan. Sesua dengan perkataan
ulama':" sesungguhnya hukum
berkisar atas illatnya pada adanya dan pada tak adanya.
e. Mewujudkan keadilan
yang merata
Manusia dalam hukum islam
adalah sama, mereka tidan melebihi karena keturunan , kebangsaan, atau karena
harta.
f. Menyumbat segala jalan yang menyampaikan
kepada kejahtan.
Oleh karena itu segala
sesuatu yang membawa kita kepada mubah kita anggap mubah, yang membawa kita
kepada makruh kita anggap makruh dst.
Seperti contoh kemubahan seseorang beristri lebih, kebolehan itu
hanya berlaku bagi orang yang mampu memenuhi syarat.
g. mendahulukan akal
kepada Dhohir Nash.
Ada dua jalan yang diambil ketika kita berhadapan dengan akal dan
nakal yang merlawanan, menurut muhamad Abduh: " pertma: Mengakui
keshohihan itu, Kita tidak sanggup memahaminya, dan menyerahkan kepada Allah
urusan pemahamannya.. kedua: Kita takwil dengan Undang- undang bahasaagasr
sesua meksudnya dengan ketetapan akal.
h. membolehkan kita
memprgunakan sesuatu yang indah
Mkna uruf adalah" seuatu yang telah berkembang dan terkenal
dimasyarakat tidak dipandang jijik atau buruk" dan makna mungkar ialah"
sesuatu yang tidak disukai dan dianggapo buruk"
Dalam ayat-ayat mu'amalah maka diserahkan kepada Urf
setempat. Karena itu Ulama' tidak layak membatasi Muth'ah thalaq atau nafaqah
istri dengan hanya berpegang pada urf Madinah.
i. Kewajiban mengikuti
sabda Nabi sebagai syari'at tidak diwajibkan mengikuti sesuatu yang bersifat
keduniaan yang berdasarkan ijtihad.